Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti

“Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti”

Prof. Rhenald Kasali

Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini : Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini mantan menteri, saya justru belajar.

Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.

Mooryati Soedibyo

Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?

Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.
Memang ia tampak sedikit kewalahan “bersaing” dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui, kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.

Teman-teman belajarnya bersaksi: “Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi.”

Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.

Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4 tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D’aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.

Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia “diluluskan” dengan bantuan, “sekolahnya hanya dua tahun”, dan seterusnya. Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi.

Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa fasilitas. Perusahaannya juga go public. Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.

Dian Sastro

Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?

Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap saya: “no bargain on process and quality”.

Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: self discipline. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.
Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.

“Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar: kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidak outstanding,” ujarnya.

Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. “Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa,” ujarnya.

Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri. “Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya,” ujarnya.

Itulah mental kejuangan, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai kemampuan nonkognisi. Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula, yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1 Dian amat berjauhan: filsafat.

Metakognisi Susi

Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena “sekolahnya”. Beruntung, banyak juga yang membelanya.

Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah “self driver” sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?

Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi “passenger”, ayah Susi justru marah besar. Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.
Saat saya mengirim mahasiswa pergi “melihat pasar” ke luar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara. Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).

Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup, yang nilainya lebih tinggi. Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.

Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.

Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan bergerak, berinisiatif, self discipline, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari “pintu” adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang produktif.

Manusia itu belajar untuk membuat diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian. Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif.

Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping. Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.

Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa yang kita ucapkan dalam kesaharian kita juga akan membentuk mereka, dan masa depan mereka.

Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi role model dari social business di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Saat ini, dia juga maju sebagai kandidat Rektor Universitas Indonesia. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti”, Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2014/11/03/054500426/Mooryati.Soedibyo.Dian.Sastro.dan.Metakognisi.Susi.Pudjiastuti?page=all.

Tiongkok atasi Amerika

Apakah Tiongkok akan menjadi seperti Jepang berikutnya, jika dilihat dari perkembangan teknologi, ekonomi serta produk asal negara tersebut yang mendunia?

Inti dari pertanyaan ini terletak pada anak kalimat “menjadi seperti Jepang berikutnya.” Apa artinya? Ada sebuah konsep yang populer dikalangan pengamat bahwa China akan mengikuti jejak Jepang yaitu sukses membangun dan produk-produknya mendunia. Namun karena AS mengintervensi. Ekonomi dan teknologi China akan rontok dan stagnan, seperti yang dialami Jepang.

Berdasarkan perkembangan yang terjadi. Nampak jelas bahwa China tidak mengikuti jejak Jepang. China menempuh jalan yang sangat berbeda dengan Jepang. Bahkan pada saat ini sudah dapat dipastikan bahwa AS telah sepenuhnya gagal menghentikan kemajuan China. Untuk pertama kalinya AS gagal menghabisi sebuah negara yang bangkit dan mengancam supremasinya sebagai Sang Adikuasa.

Mengapa AS tidak berhasil menundukkan China? Apakah yang dilakukan China sehingga mampu mementahkan semua serangan AS? Untuk dapat memahami konteks permasalahan yang terjadi. Mari kita mulai dengan kisah Jepang.

Tragedi Toshiba

AS berhasil menghentikan kemajuan ekonomi & teknologi Jepang dengan cara melumpuhkan industri semi konduktor Jepang dan memaksakan penguatan Yen dengan Plaza Accord sehingga ekspor Jepang menurun dan ekonomi stagnan.

Kisahnya terjadi pada dekade 1970an saat Jepang sukses membangun ekonominya dengan memproduksi elektronik dan mobil. Namun Jepang tidak puas hanya dengan elektronik dan mobil saja. Pemerintah Jepang melangkah lebih jauh dengan merambah ke semi konduktor.

Diawal dekade 1970an, Kementerian Industri & Perdagangan Jepang meminta Fujitsu, Hitachi, Mitsubishi, NEC, Toshiba, dan Panasonic agar program R&D mereka difokuskan untuk pengembangan semi konduktor dengan dukungan dana dari pemerintah Jepang. Hasilnya dalam waktu kurang dari satu dekade, teknologi semi konduktor Jepang melaju pesat. Bahkan jauh melewati AS yang saat itu adalah the leader of semiconductor technology.

Perusahaan-perusahaan Jepangpun dengan cepat menguasai pasar semi konduktor global. Pada tahun 1985, sekitar 65% pangsa pasar semi konduktor global berada ditangan keenam perusahaan Jepang tsb dan Toshiba yang terbesar. Oleh karena Toshiba memiliki tim teknologi, foundry dan tim bisnis yang paling kuat serta ekstensif di pasar global.

Pada tanggal 2 Mei 1987 atas perintah dari kantor pusat CIA di Langley, Virginia. Polisi Jepang menangkap Ryuji Lin, Direktur Foundry Department Toshiba Machinery Company dan Hiroaki Tanimura, Direktur Bussines Department. Toshiba Machinery Company. Dengan tuduhan menjual high-tech technology ke Soviet.

Perlu diketahui bahwa salah satu pelanggan lama Toshiba, Norway’s Kongsberg Company, secara teratur membeli produk-produk Toshiba untuk dijual kembali di Eropa. Dengan demikian bukan Toshiba namun Norway’s Kongsberg Company yang memiliki bisnis dengan Soviet. Norway’s Kongsberg Company-lah yang menjual produk-produk berteknologi tinggi buatan Toshiba kepelanggannya di Soviet.

AS pasti paham hal ini dan seharusnya Norway’s Kongsberg Company yang ditegur. Fakta justru Toshibalah yang menjadi sasaran menunjukkan bahwa AS mentargetkan Toshiba. Mengapa AS mentargetkan Toshiba? Oleh karena Toshiba saat itu adalah “the largest and the most advanced semiconductor company in the world.” Bukan hanya itu, Toshiba juga leading pada berbagai produksi precision machine tools berteknologi tinggi sehingga Toshiba menjadi, “the pride of the Japanese manufacturing industry.” Inilah alasan utama Toshiba menjadi targget AS yaitu untuk melumpuhkan kemajuan teknologi dan ekonomi Jepang.

Kedua eksekutif Toshiba yang ditangkap tsb dipenjara selama 10 tahun tanpa proses pengadilan. Pabrik dan kantor Toshiba di AS dan dinegara-negara sekutu AS ditutup paksa. Produk-produk Toshiba dikenai tarif 100% jika dijual di AS dan negara-negara sekutu AS. Toshiba harus membayar denda $ 25 milyar. Selain itu AS menyita blue print core technology Toshiba untuk dibagikan ke perusahaan-perusahaan semi konduktor AS.

Eksekutif Toshiba Minta Maaf

Toshiba langsung mengalami krisis dan delisting dari pasar modal. Kini Toshiba hanyalah kisah kelam, sebuah tangisan sedih Jepang.

Tindakan AS ini diikuti dengan Plaza Accord untuk memaksakan penguatan Yen akibatnya ekspor Jepang langsung turun. Kombinasi dari jatuhnya Toshiba yang diikuti dengan rontoknya industri semi konduktor Jepang, penguatan Yen serta turunnya ekspor Jepang menyebabkan kemajuan ekonomi Jepang stagnan. Selain itu semua industrialis di Jepang dan Korea Selatan menjadi hati-hati dan membatasi diri agar tidak bernasib seperti Toshiba.

Alstom Menyusul Toshiba

Setelah sukses dengan Toshiba, pada tahun 2014 AS menggarap Alstom, sebuah perusahaan Perancis. Frederic Pierucci, CEO Alstom, ditengah kunjungan bisnis di New York ditangkap oleh FBI dan dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan. Dengan tuduhan curang dalam memenangkan tender pemerintah Indonesia.

Pada saat itu Alstom bersaing dengan General Electric mengikuti tender pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia akhirnya memilih Alstom karena teknologinya jauh lebih maju (advance) dibandingkan dengan teknologi General Electric yang jauh lebih inferior. Terlepas apakah tuduhan AS ini benar atau salah. Namun pilihan pemerintah Indonesia tepat; Alstom memang layak untuk memenangkan tender karena biaya jauh lebih ekonomis dan teknologi lebih canggih.

Lalu, semua yang terjadi pada Toshiba juga dialami oleh Alstom. Masuk tahanan, alih teknologi paksa serta Alstom AS beralih kepemilikan, jatuh ketangan General Electric.

Frederic Peirucci menuliskan pengalaman pahitnya dalam buku ini.

Frederic Pierucci

Huawei & Konflik China vs AS

Sukses dengan Toshiba dan Alstom, AS sangat yakin akan berhasil menekuk China. Pada bulan Desember 2018, Meng Wanzhou, Chief Financial Officer Huawei, puteri Ren Zhengfei, pendiri dan CEO Huawei saat sedang transit pesawat di Canada ditangkap oleh polisi Canada atas permintaan AS.

Tuduhan yang dikemukakan adalah melanggar hukum AS karena melakukan bisnis dengan Iran. Tuduhan ini jelas mengada-ada dan tidak masuk akal. AS-lah yang memboikot Iran sedangkan China tidak memboikot Iran dan Huawei adalah perusahaan China. Tentunya Huawei bebas berbisnis dengan Iran. Tuduhan terhadap Huawei ini senada dengan tuduhan pada Toshiba yaitu melakukan bisnis dengan Soviet.

Namun kini lawan yang dihadapi AS jauh berbeda. Didampingi oleh tim hukum; Meng Wanzhou tampil tangguh dan garang. Melawan dengan keras dan tegas menolak untuk memberikan konsesi apapun bahkan menuntut balik.

Para intelektual China menulis ulang kasus Toshiba dan Alstom serta dipublikasikan di media. Frederic Perucci secara khusus diundang ke Beijing untuk menceriterakan pengalamannya. Publik China terbuka matanya dan sadar bahwa AS sedang menyerang ekonomi China. Slogan, 记住东芝; Jì zhù dōngzhī! Ingat Toshiba! atau 记住阿尔斯通; Jì zhù ā’ěr sī tōng! Ingat Alstom! Bertebaran dimedia sosial China. Penjualan Apple di China Daratan tersungkur. Para pengusaha kecil mengambil inisiatif mendukung Huawei, jika anda menggunakan HP Huawei dan menunjukkan ke kasir super market, restoran atau warung langsung dapat diskon hingga 10%. Penjualan Huawei meroket naik tajam dan terus menggerus pasar Iphone di China Daratan.

Akhirnya AS membuka tawaran damai yang jauh lebih lunak yaitu Meng Wanzhou akan dibebaskan dan seluruh tuntutan akan dicabut asalkan bersedia minta maaf serta menjual sebagian saham Huawei untuk dibeli perusahaan AS. Kembali tawaran AS ini ditolak dengan tegas oleh Meng Wanzhou. Dalam wawancaranya Meng Wanzhou mengemukakan bahwa dirinya,

” ..tidak akan mundur selangkahpun, tidak akan ada konsesi apapun, tidak akan ada permintaan maaf….. saya siap membusuk dipenjara daripada menyerah kepada gangster (AS) ini…….”

Akhirnya setelah tarik ulur selama dua tahun dalam status tahanan di Canada. Setelah melalui negosiasi dipengadilan yang panjang dan berbelit serta tawar menawar tawar menawar yang sengit. Pada tanggal 24 September 2021 Meng Wanzhou sepenuhnya dibebaskan dan disambut di China sebagai seorang pahlawan lengkap dengan hamparan karpet merah.

Untuk pertama kalinya AS tidak mendapatkan konsesi apapun. Tidak ada permintaan maaf, tidak ada penjualan saham dan tidak ada core technology yang diberikan. Sebaliknya, pihak AS-lah yang memenuhi tuntutan Meng Wanzhou untuk mencabut secara resmi seluruh tuntutan hukum yang ada.

Kegagalan AS tidak hanya pada kasus penyanderaan Meng Wanzhou. Namun juga pada berbagai sanksi ekonomi dan teknologi terhadap Huawei. Huawei terus melaju pesat serta berhasil mementahkan seluruh tekanan AS. Akhirnya pada tanggal 29 Agustus 2023 Huawei meluncurkan Mate 60 tepat disaat kunjungan Gina Raimondo, US Secretary of Commerce, di Beijing. Raimondo-lah the Mastermind serangan ke Huawei, termasuk penyanderaan Meng Wanzhou.

Poster raksasa semacam ini beredar dimedia sosial juga terpampang ditengah kota Beijing. Karakter China diposter tsb berbunyi, “I’m Raimondo, this time I endorse Huawei!” Jelas ini meledek Raimondo.

Peluncuran Mate 60 inilah pesan yang tegas dan gamblang kemenangan Huawei. Kini dunia yakin sepenuhnya bahwa Huawei telah menang. Bahwa Huawei mampu mandiri membuat chips sehingga seluruh kebijakan AS untuk memblokade teknologi Huawei telah gagal total.

Bukan hanya kasus Huawei tetapi juga seluruh upaya AS untuk menekan China praktis gagal. Baik tekanan militer, perang Korea, Tibet dan Vietnam, termasuk Afghanistan yang merupakan perang proksi (the proxy war). Termasuk, Colour Revolution yang digerakkan CIA, Tiananmen dan Hong Kong, juga gagal. Serangan biologi, anthrax di Liaoning dan Jilin hingga Covid di Wuhan. Berbagai sanksi ekonomi dan blokade teknologi, misalnya, Wolf Amendment 2011, yang mendepak China keluar dari International Space Station serta melarang etnik China, termasuk American Chinese, bekerja di NASA. Juga gagal dalam membendung kemajuan China.

Akhirnya pada bulan Nopember tahun 2017 ditengah kunjungannya di Beijing, presiden Trump memberikan ultimatum kepada China dengan meminta agar, “sepenuhnya mengikuti AS dan menjadi the Great Friend of the US” dengan konsekwensi China harus,

Menghentikan modernisasi militer serta menyerahkan masalah pertahanan sepenuhnya kepada AS.
Menyerahkan blueprint teknologi kepada AS dan tergantung penuh pada core technology AS.
China tetap bisa kaya raya namun tidak pernah bisa menentukan kebijakan secara mandiri seperti Jepang atau Korea Selatan. Artinya jelas yaitu menjadi negara vassal AS.
Presiden Xi Jinping dengan tegas menolak Trump. Dengan demikian pilihan China hanyalah satu yaitu secepatnya mentransformasi ekonomi dan teknologi ke tahap yang lebih canggih atau mencapai next level hingga setara dengan AS. Karena hanya dengan langkah ini China bisa sepenuhnya mandiri. Lepas dari ketergantungan ekonomi dan teknologi Barat. Diluar China, belum pernah ada sebuah negara Asiapun yang berhasil mencapai tahap ini, baik itu Jepang maupun Korea Selatan.

Untuk dapat mencapai tahap ini China harus segera meraih Ketahanan Pangan dan Enerji, Kemandirian Core Teknologi, serta modernisasi Ekonomi, Militer dan Pendidikan.

Dalam konteks inilah dapat kita pahami strategi Made In China 2025, yaitu untuk mencapai kemandirian teknologi sehingga sepenuhnya lepas dari Barat. Apakah ini berhasil? Perkembangan terakhir dalam penguasaan pangsa pasar domestik oleh produk dan teknologi China sendiri dapat dilihat dalam tabel yang disusun Mercator Institute dibawah ini. Tabel ini disusun berdasarkan perkembangan terakhir.

Data diajak menunjukkan dengan jelas bahwa, terkecuali untuk Mobilephone chips dan Wide Body Aircraft, pada akhir tahun 2025 nanti China akan menguasai 60%-80% pasar lokalnya dengan produk-produk dari teknologinya sendiri dan oleh perusahaannya sendiri. Berdasarkan kemajuan yang terjadi nampak jelas bahwa target ini realistis dapat dicapai. Artinya, Made In China 2025 bukan sekedar mimpi namun sebuah target realistis yang akan tercapai. Bagi China ini adalah sebuah kisah sukses atas kemandirian teknologinya. Namun mimpi buruk bagi Barat karena akan kehilangan pasar China yang nilainya ratusan milyar dollar.

Empat tahun setelah ultimatum Trump yaitu pada tanggal 29 April 2021 China adalah satu-satunya negara yang secara mandiri meluncurkan Space Station.

Tiangong Space Station

Dua minggu kemudian pada tanggal 14 Mei 2021 China mendarat di Mars.

Kemenangan China yang lain adalah ini.

Jika benar AS telah mendarat di bulan serta memiliki contoh tanah bulan. Lalu untuk apa NASA meminta saintis-nya melakukan riset tanah Bulan di China? Keputusan pimpinan NASA ini jelas melanggar Wolf Amendment sehingga dalam pelaksanaannya harus mendapatkan pengecualian dari Kongres AS. Keputusan ini juga makin meyakinkan publik bahwa Moon Landing Apolo 11 hanyalah hoaks belaka. Namun terlepas dari segenap kontroversi ini; fakta bahwa NASA mengajukan permohonan riset tanah Bulan di China itu sendiri sebuah tamparan keras bagi AS.

Akhirnya, pada bulan April 2023 ASPI, institusi Studi Pertahanan Australia, mempublikasikan hasil studinya bahwa China telah memimpin 37 dari 44 Critical Technology dan pada 8 teknologi China memegang monopoli. Artinya jelas bahwa China telah mengalahkan Barat dalam penguasaan teknologi kritis (Critical Technology).

Jika kita mundur 20 tahun yang lalu dari 44 teknologi tsb AS menguasai 18, Jepang 5 dan sisanya adalah negara-negara Eropa. Kini, Jepang dan negara-negara Eropa tersingkir sedangkan AS hanya menguasai 7 teknologi dengan demikian China telah dominan dengan 37 teknologi.

Melihat perkembangan terakhir bahwa AS mengalami krisis dana penelitian dan kehilangan peneliti-peneliti senior yang sangat berpengalaman karena meningkatnya rasisme anti China. Sedangkan China kini memiliki dana penelitian yang melimpah serta para peneliti senior dari berbagai negara berdatangan kembali ke China. Dapat diprediksi bahwa dalam sepuluh tahun ke depan China kemungkinan besar akan mendominasi ke 44 Critical Technology tsb serta tidak tertutup kemungkinan bahwa akan dalam posisi monopoli. Ini mimpi buruk bagi Barat khususnya AS. Namun bagi China, ini hanyalah kembali keposisi normal yaitu sebuah posisi yang telah didudukinya selama ribuan tahun yang lalu yaitu menjadi pusat ilmu dan teknologi dunia.

Mengapa AS Gagal?

Untuk pertama kalinya dalam sejarah AS, para petinggi Washington kehilangan akal karena menemui lawan yang sulit ditundukkan dan serius mengancam hegemoninya. Mengapa AS yang begitu digdaya membabat Toshiba dan Alstom. Kini melempem saat berhadapan dengan Huawei? Mengapa AS gagal menghentikan China?

Jawaban umum atas pertanyaan tsb sering kali diletakan pada kecerdikan (ingenuity) dari pola pikir lateral China. Memang benar kecerdikan pola pikir lateral China ini seringkali membuat dunia terkejut karena solusi China seringkali terobosan baru yang mengejutkan. Namun kecerdikan atau kecerdasan belaka tidak mungkin menyebabkan China berhasil mengatasi tekanan AS.

Pasti ada sesuatu yang lebih dari itu yaitu pada sistem sosial politik yang efektif mendukung pengembangan potensi rakyatnya dan memanifestasikannya bagi kemajuan bangsa. Dengan menciptakan iklim yang kondusif yaitu memberikan dorongan, insentif dan fasilitas, dsb. Hal semacam ini dimanifestasikan dalam bentuk,” China has a superior government. It’s very strong, capable and intelligent. It produces better policies, especially long-term policies, and it can execute these policies much more efficiently.” Inilah yang disebut Meritocratic Government, sebuah pemerintah yang terdiri dari para pakar yang kompeten dan profesional.

Seleksi Pejabat di Masa China Kuno

Mereka ini berpikir jangka panjang dan jika ada ancaman tidak segan untuk mati-matian bekerja fokus membereskan ancaman tsb. Karena jika gagal dia akan dipecat dengan tidak hormat. Dengan demikian, apapun serangan AS dihadapi oleh sebuah tim pakar profesional yang tangguh dan solusinya rasional dan jitu serta diluar dugaan.

Sebagai contoh, pada saat Huawei diserang. Rakyat China bereaksi dengan menuntut pemerintah melalui para wakilnya di Parlemen untuk membalas dengan menutup Apple. Jika saja para China ini demokrasi model Barat dan dipimpin para politisi. Pasti desakan rakyat ini akan didukung demi popularitas dan sekaligus untuk menunjukkan bahwa diri sang politisi adalah seorang nasionalis, sang pembela negara.

Namun Meritokrasi China menempuh jalan yang sangat berbeda. Presiden Xi meminta tim pakar untuk menganalisis dan memberikan rekomendasi serangan balasan apa yang dapat diambil. Kemudian para pakar dalam presentasinya menjelaskan bahwa jika Apple ditutup maka China akan kehilangan penerimaan pajak sekian juta Yuan, akan ada sekian ratus ribu orang kehilangan pekerjaan, jalur alih teknologi Barat akan tertutup dan nama baik China sebagai pusat manufaktur dunia akan tercoreng, akhirnya opsi ini diabaikan. Tim pakarpun menyarankan agar China membalas dengan cara menghentikan pembelian seluruh produk-produk pertanian AS. Langkah inilah yang paling aman dan tidak beresiko karena China dengan mudah mengalihkan pembelian produk pertanian ke Russia dan Brazil.

Memang benar bagi kaum awam dan para politisi di AS serta negara-negara vassalnya langkah China ini hanyalah bukti bahwa China itu lemah, tidak berani membalas, China itu banci, dsb. dsb dan menjadi bahan tertawaan belaka.

Namun bagi para pakar ekonomi, langkah China ini sebuah langkah yang rasional, jitu serta mematikan. Mengapa demikian? Karena jika anda ingin menghancurkan ekonomi sebuah negara. Cukup buatlah negara tsb tidak memiliki sektor manufaktur dan pertanian yang kuat serta ekonominya hanya bertumpu pada sektor finansial dan jasa. Negara tsb pasti akan rontok dan menjadi sebuah negara yang sangat tergantung secara ekonomi.

Sektor manufaktur AS jelas sudah rontok dan serangan balasan China ini memperparah krisis sektor pertanian. Ini terjadi karena gelombang kebangkrutan farming industry AS yang meningkat tajam akibat serangan balasan China ini.

Gelombanh kebangkrutan farming industry AS ini mengakibatkan subsidi ke sektor pertanian meningkat tajam hingga puluhan milyar dollar. Ini jelas memperparah defisit keuangan pemerintah AS yang saat itu saja sudah terengah-engah menanggung hutang trilyunan dollar. Kombinasi dari faktor-faktor ini jelas memperparah krisis ekonomi AS. Cukup jelas masa depan ekonomi AS tidaklah cerah.

Sedangkan disisi lain dengan tidak menyerang Apple, kepercayaan investor kepada pemerintah China meningkat tajam karena terbukti bahwa pemerintah China itu rasional, capable dan profesional dalam mengelola ekonominya. Sekalipun diserang habis-habisan oleh AS, tidak terjebak pada rasisme anti AS atau membalas dengan menyerang kepentingan-kepentingan AS. Ini menciptakan trust para investor AS dan mereka berbondong-bondong ke China. Ada sekitar 100 CEO perusahaan-perusahaan raksasa AS yang ramai-ramai menemui Xi Jinping.

Fakta bahwa Huawei tetap utuh, ekonomi China tetap tumbuh dan investor berdatangan. Sedangkan AS terjebak kedalam krisis ekonomi dan sektor pertanian mengalami krisis yang serius menunjukkan dengan jelas siapakah pemenang Perang Ekonomi ini.

Kesimpulan

Perbedaan yang mendasar adalah baik Toshiba maupun Alstom berjuang sendiri. Baik pemerintah Jepang maupun Perancis berdiam diri. Mungkin mereka hanya konservatif untuk tidak mencampuri urusan dunia bisnis sekalipun cukup jelas bahwa pemerintah AS mengintervensi ekonomi dengan “membunuh” perusahaan-perusahaan yang mengancam bisnis AS.

Jadi hanyalah para idiot yang masih meyakini prinsip kapitalisme klasik bahwa negara tidak boleh mengintervensi ekonomi. Mungkin juga mereka diam karena tidak mau berurusan dengan pemerintah AS. Hal semacam ini tidak dialami oleh Huawei.

Pemerintah China mati-matian ikut bertarung melindungi Huawei. Para pakar menganalisis setiap langkah AS dan mencari titik lemah untuk diserang balik dan seperti biasa yang terjadi pada kecerdikan pola pikir lateral China. Mereka mampu menembak secara jitu dan mematikan. Mereka juga menjaga Huawei dengan mendukung dana riset sehingga Huawei sukses menciptakan chips sendiri.

Jadi disini cukup jelas bahwa sebuah pemerintah yang terdiri dari para pakar, kompeten dan memiliki komitmen kuat serta bersedia mati-matian bekerja melindungi kepentingan nasional baik politik maupun ekonomi, yang menyelamatkan China dari segenap serangan AS.

FB ARMAHEDI MAHZAR

Pensiunan kok dilawan

Seorang Bapak tua pensiunan bernama Agus masuk ke Bank dan bilang ke teller sambil menyodorkan kartu debetnya :*
“Saya mau mengambil uang saya”

Teller muda yg cantik bertanya : “Baik, berapa banyak Pak..?”

Pensiunan :
“Rp.100,000,–“

Teller :
“Penarikan dibawah Rp.1 juta silahkan memakai ATM dipojok sana..”

Pak Agus:
“Saya gaptek, gak tahu caranya, kenapa gak bisa menarik uang dari sini saja..?”

“Itu sudah peraturannya Pak.” jawab si Teller dengan ketus “Kalau tidak ada lagi yang mau disampaikan, silahkan minggir. Dibelakang sudah ada yang mengantri.”

Si Pak Agus tua itu terdiam, kemudian berkata :
“Kalau begitu saya mau menarik semua uang saya di rekening ini” katanya sambil menyodorkan lagi kartu debetnya.

Teller men-check rekening tersebut dan kaget waktu melihat ternyata isi rekening itu Rp.500juta.
Teller berkata kepada si bapak tua (kali ini dengan wajah lebih ramah sambil ngedipin mata) :
“Rekening Bapak isinya Rp.500juta, kami tidak siap dana sebesar itu saat ini, bisakah Bapak kembali besok, sementara kami akan menyiapkannya..?”

Pak Agus bertanya :
“Berapa jumlah terbesar yg bisa saya ambil hari ini..?”

Teller :
“Rp.10juta”

Pak Agus:
“Baik, saya ambil Rp10 juta saja dulu..”

Teller segera menyiapkan dan menyerahkan kepada si Bapak tua uang sejumlah Rp.10 juta.

Bapak itu mengambil selembar Rp.100 ribu dari tumpukan uang tersebut dan mengembalikan ke Teller sambil berkata :
Sekarang saya mau menyimpan ke rekening saya uang sejumlah Rp.9,900,000,-“

Teller itu terdiam dan orang-orang yg mengantri dibelakang si Pensiunan tua bertepuk tangan.. !
👏👏👏 😃😄😁

Moral of story :
Jangan mempersulit para pensiunan yg sudah tua, mereka sudah menghabiskan usianya cukup lama untuk mensiasati hidup ini.

PENSIUNAN KOK DILAWAN”“

☝️I like this 👍😃

Manfaat ngomel bagi lansia

MANFAAT ‘NGOMEL’ BAGI LANSIA.
(Asyik juga dibaca buat pengetahuan nih!)

Ternyata semakin banyak ngoceh dan bawel memasuki lansia semakin menyehatkan.

Bicaralah lebih banyak seiring bertambahnya usia.

Dokter mengatakan demikian.
Warga Senior (pensiunan) harus berbicara lebih banyak. Karena saat ini tidak ada cara untuk mencegah kehilangan ingatan. Satu-satunya cara adalah berbicara lebih banyak.

Setidaknya ada tiga manfaat berbicara lebih banyak kepada warga lanjut usia.

Pertama:
Berbicara mengaktifkan otak dan membuat otak tetap aktif, karena bahasa dan pikiran berkomunikasi satu sama lain, terutama ketika berbicara dengan cepat, yang secara alami menghasilkan refleksi berpikir yang lebih cepat dan juga meningkatkan daya ingat. Warga lanjut usia yang tidak berbicara, lebih cenderung banyak yg kehilangan ingatan/ pikun samar2.

Kedua:
Berbicara mengurangi banyak stres, menghindari penyakit mental dan mengurangi ketegangan syaraf. Kita sering tidak mengatakan apa-apa, tetapi kita menguburnya dalam hati dan mencekik diri kita sendiri.
Itu 🫵🏼benar! (ini fakta riset ilmiah)

Jadi!… Akan lebih baik untuk memberikan kesempatan kepada senior untuk berbicara lebih banyak.

Ketiga:
Berbicara dapat melatih otot wajah dan sekaligus melatih tenggorokan dan juga meningkatkan kapasitas paru-paru, sekaligus mengurangi risiko kerusakan mata dan telinga serta mengurangi risiko laten seperti Pusing dan Tuli.

Pendeknya, para pensiunan, yaitu para lansia, satu-satunya cara untuk mencegah Alzheimer adalah dengan berbicara sebanyak mungkin dan berkomunikasi secara aktif dengan orang-orang. Tidak ada pengobatan lain untuk itu.

Semoga Bermanfaat..

Hidup Senior
Selamat buat semua pangsiunan, jangan lupa berbahagia.💞

Empat fase sehat selama puasa

Empat fase yang akan terjadi dan dirasakan tubuh selama berpuasa.

Puasa Hari Ke-1 dan 2

Kadar gula darah akan menurun. Rasa lapar intens pada periode ini.
Denyut jantung dan tekanan darah menurun.
Glikogen dari hati dan otot digunakan sehingga tubuh merasa lemas.

Puasa Hari Ke-3 hingga 7

Tubuh mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi.
Sistem pencernaan beristirahat, seluruh energi digunakan untuk pembersihan dan penyembuhan. Aktivitas sel darah putih dan sistem imun meningkat.

Puasa Hari Ke-8 hingga 15

Efisien dalam detoksifikasi atau membuang racun.
Puasa di fase ini memungkinkan tubuh untuk penyembuhan secara alami.
Kemudian meningkatkan energi, pikiran lebih jernih, dan lebih baik.

Puasa Hari Ke-16 hingga 29/30

Di fase terakhir puasa, tubuh berhasil beradaptasi pada keadaan puasa.
Puasa juga meningkatkan memori, konsentrasi, dan keseimbangan emosi.
Ketika detoksifikasi selesai, dan tubuh bekerja maksimum dalam poliferasi jaringan untuk mengganti jaringan yang rusak.

Semoga kita selalu dikaruniai kesehatan fisik selama beribadah puasa Ramadan 1445 H.

Aamiin Yaa Robbal Aalamiin..

(Dari catatan Nofika Aisyah – Ahli Gizi dan Nutrisi)

Semoga kesehatan senantiasa bersama Bapak/Ibu dan keluarga.

Interview perusahaan asing

Job interview di sebuah perusahaan asing.
Bule: _“What is your last name..?”_
Pelamar: _“I’m sorry”_
Bule: _“You don’t have to be sorry, and what is your first name..?”_
Pelamar: _“You don’t know”_
Bule: _“Of course, I don’t know, that’s why I’m asking you. And your middle name.?”_
Pelamar: _“Funny”_
Akhirnya si bule mangkel, ngomel² pakai bahasa Inggris.
Bule: _”You’re wasting my time, give me your ID Card now..!”_
Setelah dibaca KTP-nya, ternyata namanya *Yudono Fani Amsori*

Empat kali jadi janda

DAMPAK PEMILU

4 kali jadi JANDA!

“Suatu hari, Seorang Janda yang sudah 4x kawin CERAI”, periksa diri ke dokter kandungan.

Waktu dokter mau periksa bagian dalam, janda ini langsung mengingatkan dokter.

Janda : “Hati-hati periksanya ya Dok, saya masih perawan lho..”

Dokter :
“Lho?! katanya ibu sudah kawin cerai 4x, mana bisa masih perawan..??!

Janda :
“Gini lho Dok, eks suami saya yang pertama, ternyata impoten…”

Dokter :
“Oh begitu, tapi suami ibu yang kedua tidak impoten kan??”

Janda :
“Betul Dok, cuma dia Gay, jadi saya tidak pernah di apa-apain sama dia…”

Dokter :
“Lalu suami ibu yang ketiga tidak impoten dan bukan gay kan?”

Janda :
“Betul Dok, tapi ternyata dia itu orang partai…”

Dokter :
“Lalu apa hubungannya dengan keperawanan ibu…??!”

Janda :
“Dia? Ya cuma janji-janji saja Dok, tidak pernah ada realisasinya. Jadi cuma di contreng aja.. gak di coblos…!!”

Dokter :
“Lah terus suami ibu yang ke empat ada masalah apa lagi?!”

Janda :
“Suami saya keempat yang baca tulisan ini, dia Golput… payah dok, tiap masuk kamar cuma dibuka, dilihat dan ditutup lagi, ga berani nyoblos.”…..
😉🤣🤣🤣🤝

SALAM SEHAT!!!

Hiburan di awal tahun 2024 untuk menambah usia harapan hidup.!!!
😇🤭😍😂🤣

Senior Citizen Resetting a Password

WINDOWS: Please enter your new password.

USER: cabbage

WINDOWS: Sorry, the password must be more than 8 characters.

USER: boiled cabbage

WINDOWS: Sorry, the password must contain 1 numerical character.

USER: 1 boiled cabbage

WINDOWS: Sorry, the password cannot have blank spaces.

USER: 50bloodyboiledcabbages

WINDOWS: Sorry, the password must contain at least one upper case character.

USER: 50BLOODYboiledcabbages

WINDOWS: Sorry, the password cannot use more than one upper case character consecutively.

USER: 50BloodyBoiledCabbagesShovedUpYourAssIfYouDon’tGiveMeAccessNow!

WINDOWS: Sorry, the password cannot contain punctuation.

USER: ReallyPissedOff50BloodyBoiledCabbagesShovedUpYourAssIfYouDontGiveMeAccessNow

WINDOWS: Sorry, that password is already in use.